Senin, 13 November 2017

Faktor-Faktor Kesalahan Akal Menurut al-Qur'an


Ada  lima  faktor  yang  disebutkan  dalam  al-Qur'an  yang  dapat  memperbesar  kesalahan  kerja  akal  dalam menjalankan fungsinya:
1.   Lebih  mengutamakan  dugaan  (dzan)  daripada  hal-hal  yang  pasti.  Al-Qur'an  Surah  al-An'am:  116,  yang bermaksud:
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan (majoriti) orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti prasangka belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Ayat Qur'an Surah Al-Isro': 36, yang bermaksud:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya."
2.  Mengikuti jejak langkah nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik itu tanpa disertai pembuktian. Lihat Surah al-Baqaroh: 170, yang bermaksud:
"Dan  apabila  dikatakan  kepada  mereka:"  Ikutilah  apa  yang  telah  diturunkan  Allah,"  mereka
menjawab:"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apakah) mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun. Dan tidak mendapat petunjuk?"
Lihat juga Surah al-Maidah: 77, dan 104, al-Qashas: 28, dan 36, al-Syuara': 6, 69, dan 74.
Jika  apa  yang  dianuti  dan  diyakini  oleh  nenek  moyang  itu  dapat  dibuktikan  kebenaran  berdasarkan pembuktian-pembuktian secara aqliah (akal) yang wajar maka al-Qur'an akan membenarkan hal itu. Lihat Surah Yusuf: 38, yang bermaksud:
"Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku iaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah kurnia Allah kepada kamidan kepada manusia (seluruhnya) tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri(Nya)."
Dalam  ayat  tersebut,  Allah  SWT  mengabadikan  sikap  Nabi  Yusuf  AS  dengan  dalil-dalil  yang  cukup  kuat dapat  membuktikan  kebenaran  ajaran  pendahulunya  iaitu  ajaran  Tauhid  (ajaran  yang  tidak mempersekutukan Allah SWT) dan kemudian diikutinya. Dapat juga dilihat dalam al-Qur'an Surah az-Zuhruf: 22-24.
3.   Mengikuti  dorongan  hawa  nafsu  (kepentingan-kepentingan  peribadi).  Lihat  Surah  an-Najm:  23,  yang bermaksud:
"Itu  tidak  lain  hanyalah  nama-nama  yang  kamu  dan  bapak-bapak  kamu  mengada-adakan;  Allah  tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaansangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepadamereka dari Tuhan mereka."
Lihat juga Surah aan-An'am: 119, Surah Muhammad: 14, dan 16, Surah Rum: 29, dan Surah al-Qosshos: 50.
4.   Terpengaruh  peribadi-peribadi  (tokoh-tokoh)  tertentu  tanpa  pembuktian  status  peribadi  tersebut  sama  ada dia layak diikuti (ditaati) atau tidak. Lihat Surah al-Ahzab: 67, yang bermaksud:
"Dan  mereka  berkata:"  Wahai  Tuhan  kami,  sesungguhnya  kami  telah  mentaati  pemimpin  dan  pembesarpembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)."
5.   Tergesa-gesa  dalam  membenarkan  atau  mengingkari  sesuatu  tanpa  dibuktikan  terlebih  dahulu  termasuk suatu hal yang tidak dibenarkan oleh Islam. Lihat Surah al-A'rof: 169, yang bermaksud:
".....iaitu bahawa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar...." 

Maksudnya janganlah menyimpulkan bahawa sesuatu itu benar (datang) dari Allah walhal belum dibuktikan kebenarannya (kesimpulan tersebut). Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu.
Al-Qur'an Surah Yunus: 39, yang bermaksud:
"Yang  sebenarnya,  mereka  mendustakan  apa  yang  mereka  belum  mengetahuinya  dengan  sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu."

Dosa Sosial dan Dosa Individual


Suatu  ketika,  seseorang  mengambil  sebuah  sepeda  motor  yang  sedang  terparkir.  Mengambil  sesuatu  yang  bukan merupakan  haknya  adalah  sebuah  tindakan  pencurian.  Dalam  melakukan  operasi  pencurian  tersebut,  ia  ketahuan  dan mencoba  melarikan diri. Dan seperti yang mungkin sudah kita duga, bahkan mungkin ada yang menganjurkan, ia mengalami eigenrichting, ia harus menjalani ‘pengadilan massa’ ataupun dibabak-beluri oleh massa. Aparat ? Tidak ada pada saat itu.
Dan hasilnya sang pencuri harus merelakan nyawanya sebagai sebuah harga motor yang ‘hanya hampir’ dicurinya. Ia tewas dengan  menggenaskan  dihujani  oleh  batu,  pukulan,  tendangan  dan  cacian.  Ia  terbaring  di  jalan  dan  dibiarkan  teronggok bagai sampah.
Para pengeroyok, si ‘hakim-hakim’, sang ‘jaksa-jaksa’ dan ‘eksekutor-eksrekutor’ itu pun melakukan penggeledahan. Di kantong sang pencuri terdapat sebuah resep yang belum ditebus dengan berlabel nama Ny. X yang kemudian dicocokkan dengan tanda pengenal sang pencuri. Ternyata, Ny. X adalah isteri tercinta dari sang pencuri. Ny. X sedang terbaring sakit parah dan membutuhkan obat yang tertera pada resep. Ny. X menjadi sang ‘juara mengharap satu’, obat  tak kunjung datang
dan mayat sang suamilah yang tiba. Tragis..!
Inilah sepengalan kisah nyata yang terukir dalam kilasan sejarah manusia yang mungkian jarang melakukan pencatatan terhadap  tragedi  serupa.  Saya  yakin,  anda  punya  kesimpulan  yang  sama  tentang  motif  sang  pencuri  untu k  melakukan tindakan  terkutuk  tersebut.  Ia  pasti  sedang  terdesak,  Ia  terpaksa  melakukan  dan  melakoninya,  karena  ia  bermain  dalam panggung drama kehidupan, teater kesedihan dalam lakon cerita kemiskinan yang mengharuskan ia mencari uang dengan cara yang nota bene adalah pencurian.
Kisah ini sesaat membuat saya termenung dan terpekur. Pikiran saya melayang, masygul dan gundah gulana. Sesaat, saya berfikir tentang bagaimana Tuhan sebagai “Sang Hakim Agung”, menghadapi perkara macam ini. Terdakwanya adalah sang pencuri yang telah melakukan dosa individual, ataukah massa pengeroyoklah si terdakwa yang pantas duduk di kursi pesakitan karena melakukan kesalahan berupa penghilangan nyawa orang lain ?

Kalau kita mau lebih menganalisa, menurut saya, sang pencuri adalah korban. Korban dari dosa sosial kita semua yang mempunyai keadaan ‘berkelebihan’ darinya yang dalam keadaan cul de sac dan tanpa melakukan distribusi kekayaan berupa menunjukkan jalan finansial pada mereka. Dosa sosial dari orang-orang yang menimbun hartanya dan menjadikan perutnya adalah kuburan. Cuma itu ? Tidak ! Ia juga korban dari kesalahan pembangunan dari rezim yang sama sekali tidak pernah
melirik apalagi memihak mereka. Buah dari kemiskinan yang ‘diciptakan’.

Orang-orang miskin yang jumlahnya sekian banyak tersebut adalah korban dari sistem sosial dan bukan karena kesalahan individual yang terkesan klise, malas, bodoh dan lainlainnya. Mereka adalah korban dari bantuan JPS, pajak, zakat, khumus dan infak yang tidak sampai dan terpotong oleh para pejabat penghisap.

Para  pengeroyok  juga  merupakan  korban.  Mereka  adalah  korban  dari  gagalnya  para  penegak  hukum  membangun supremasi hukum.  Mereka adalah korban-korban dari para penegak hukum yang berperan ganda menjadi para penggerogot hukum. Mereka sakit secara sosial, karena bakteri hakim sogokan, jaksa yang terjual, polisi yang hanya memikirkan rupiah dan  sarjana-sarjana  hukum  yang  bangga  karena  berhasil  meloloskan  kliennya  dari  jerat  hukum.  Mereka  gelap  mata,  tak
punya pelindung, dan melakukan teknik perlindungan untuk melindungi kepemilikan mereka yang pada saat yang sama tidak mendapat perlindungan hukum dari para penegak hukum.

Lalu  siapakah  yang  paling  bertanggungjawab  ?  Mereka  semuanya  hanyalah  korban  dari  rezim  yang  lebih memperhatikan  kursi  kepresidenan  ataupun  jabatan  daripada  perut  dan  keadaan  mereka.  Mereka  semuanya  korban  dari orang-orang elit yang sama sekali enggan berpaling pada mereka. Mereka semuanya adalah korban dan bukan tersangka...

Tuhan  yang  adil  pasti  mempunyai  hukuman  yang  pas  bagi  mereka,  dan  kita  hanya  bisa  mendoakan  mereka  yang menjadi korban dan melaknat orang-orang yang menjadikan seseorang atau suatu kaum sebagai korban.
Dan hanya Dia Yang Maha Tahu,
Yogyakarta, 2 Agustus 2001
Zainal A.M. Husein

Diskusi homoseksualitas


Dialog ini terbit di milis Indo-Marxis pada tahun 1999.
Dari "Sosialisme di Dunia Moderen":
Kita juga harus melawan penindasan terhadap kaum homoseksual dan lesbian (gay).
Kaum gay seringkali dikambing-hitamkan sebagai biang keladi dari masalah-masalah
sosial, padahal justru mereka yang menjadi korban.
Penindasan terhadap kaum gay juga berkaitan dengan keperluan sistem kapitalis untuk
memproduksi tenaga kerja dan struktur-struktur ideologis lewat keluarga "normal".
Orang yang tidak menyesuaikan diri untuk memainkan peranan sebagai laki-laki atau
perempuan "normal" dianggap sebagai ancaman terhadap ketertiban sosial. Prasangka
ini tercerminkan pula dalam struktur-struktur sosial-budaya, dimana kaum gay dianggap
tidak senonoh, dan bisa di-PHK, dipukul, bahkan dibunuh lantaran gaya hidup mereka
yang lain.
Sebetulnya kita semua dirugikan oleh situasi ini, karena terpaksa kita harus hidup
menurut pola tindak-tanduk yang kelewat sempit (konservatif). Makanya, semestinya kita
menyambut dengan antusias munculnya organisasi gay dewasa ini yang
memperjuangkan hak-hak mereka.
****
Surat-menyurat dari milis "Indo-Marxis":
Dari seorang peserta: "Aku tertarik dengan permasalahan gay. Sekarang ini kaum
homoseksual sudah banyak keluar', menunjukkan diri mereka sebenarnya, misalnya di
salah satu >acara tv swasta (sorry lupa) yang pesertanya banyak gay. Dari penganut
agama yang fanatik jelas sulit menerima kehadiran mereka, bahkan di keluarga pun
banyak yang dikucilkan. Ini tentu tak lepas dari sistem negara kita yang tidak memberi
tempat bagi kaum homoseksual (bahkan cross-dressing pun tidak bisa diterima! Padahal
perempuan bebas memakai baju laki-laki, tapi kalau laki-laki memakai rok, atau
daster?)."
Julian: Hak perempuan untuk pakai celana juga harus diperjuangkan; saya masih ingat
pada tahun 1970 ada seorang cewek kulit hitam yang bekerja di tempat saya juga kerja;
dia orang kulit hitam yang pertama yang boleh bekerja di perusahaan tersebut (ini di
Amerika). Dan dia muncul dengan celana jeans. Karena masalah ras begitu peka, kaum
majikan tidak berani melarang celana jeans itu. Itu pertama kali mereka izinkan
perempuan memakai celana.
"Aku kurang paham kaitannya dengan kapitalisme."
Julian: Beberapa pikiran dulu, nanti saya cari data dan referensi. Hal ini sudah menjadi
perdebatan yang kompleks. Tapi pada dasarnya saya kira soal ini berkaitan dengan
penindasan terhadap perempuan. Peranan laki-laki dan perempuan masing-masing
ditentukan secara keras oleh tatanan sosial yang ada (itu kami jelaskan dalam teks
tentang masalah gender). Sehingga seseorang yang tidak menerima peranan tersebut
dianggap mengancam tatanan sosial. Jadi segala macam pantangan dikembangkan oleh
pemerintah, lembaga-lembaga agama dsb dan kemudian menjadi sebagian dari ideologi
kapitalisme.
****
Kiriman tambahan dari Julian:
Saya diminta memberi penjelesan tentang hubungan antara kapitalisme dan penindasan
terhadap kaum gay, dengan referensi. Dalam balasan pertama saya tulis bahwa ini
berkaitan dengan penindasan terhadap perempuan. Peranan laki-laki dan perempuan
masing-masing ditentukan oleh tatanan sosial (melalui mekanisme-mekanisme yang
cukup kompleks tentunya) dan fenomena homosekual-lesbian tidak bisa ditolerir karena
melanggar batasan antara peranan itu.
Dan saya baru temukan sebuah referensi yang menarik. Komentar yang berikut saya
ambil dari Jeffrey Weeks, "Capitalism and the Organisation of Sex", dalam
"Homosexuality: Power and Politics", Allison & Busby, London, 1980.
Di Inggeris, homoseksualitas tidak dilarang sebelum tahun 1885. (Setelah tahun itupun,
para lesbian tidak dihiraukan sama sekali.) Yang dilarang adalah bersodomi, tetapi itu
juga ilegal buat para heteroseksual. Di sini kita sudah melihat satu aspek yang penting:
sodomi tentu saja diharamkan karena hubungan seks dianggap sesuatu yang
dimadsudkan untuk bikin anak, dalam konteks perkawakinan antara lelaki dan
perempuan, supaya harta si lelaki bisa diwariskan dsb.
Meski demikian, homoseksualitas baru menjadi masalah besar setelah timbulnya
kapitalisme. Menurut Jeffrey Weeks, seorang ahli di bidang ini yang berhaluan kiri:
"sejak pertengahan abad XVIII bentuk keluarga monogami dan heteroseks semakin
ditekankan dalam ideologi borjuis sebagai unit dasar dalam masyarakat. Masyarakat
beralih dari model keluarga yang menekankan garis silsilah dan reproduksi tradisi
keluarga (sehingga yang penting adalah memilih calon istri/suami dari keluarga lain
yang sesuai) kepada sebuah model yang menekankan pilihan pribadi berdasarkan
keinginan emosional. Sekurang-kurangnya dalam ideologi, yang menyatukan keluarga
itu adalah cinta dan seks ... Tekanan ini asal-usulnya bisa ditemukan dalam
perkembangan ekonomi (pemisahan kaum perempuan dari kerja sosial), ideologi
(tekanan yang lebih besar pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta
konstruksi sosial dari sifat-sifat "kelelakian" dan "kewanitaan") dan politik (karena
keluarga selama abad XIX dilihat sebagai faktor pokok bagi menjamin kestabilan serta
mengurangi ketegangan sosial, dan sebagai tempat berlindung pribadi yang damai dan
tenteram) ..."
Homoseksual(itas) sebagai identitas (dan istilah homoksekual itu sendiri) baru muncul
pada saat itu.
****
Komentar dari Dede Oetomo:
Kw. Julian yang budiman
Secara umum, penindasan terhadap apa yang sekarang kita kenal dengan konsep
homoseksualitas, perilaku homoseksual, dan kaum gay, lesbian dan biseksual,
dihubungkan dengan institusi keluarga (n.b. heteroseksual) di dalam kapitalisme. Dalam
hal ini kita mengikuti pemikiran Marxis yang diuraikan Engels dalam tulisannya "The
Origin of the Family, Private Property and the State". Ideologi keluarga, hak milik
pribadi dan negara inilah yang mengharamkan homoseksualitas, karena bertentangan
dengan asas bahwa keluarga sebagai institusi ekonomi dalam sistem kapitalis bersifat
heteroseksual dan monogam.
Perlu juga diingat dalam hubungannya dengan kapitalisme adanya dan
dipertahankannya fetisyisme perbedaan homoseksual-heteroseksual itu sendiri, padahal
kita tahu bahwa dalam kenyataan keadaannya jauh lebih kompleks daripada dikotomi
seperti itu. Fetisyisme ini juga menindas mereka yang sebetulnya tidak patut atau tidak
pas dikotakkan dalam satu orientasi seksual atau yang lainnya, melainkan memiliki
kompleksitas sendiri.
Kajian yang sedang ditulis mengenai homoseksualitas di Indonesia, oleh Thomas
Boellstorff di Universitas Stanford, jelas menunjukkan bahwa penindasan bagi mereka
yang telanjur terjebak dalam kekakuan identitas tadi berbentuk heteroseksisme, yakni
ideologi dominan bahwa hanya hubungan heteroseksual monogam di dalam keluargalah yang sah.
Untuk meninjau masyarakat seperti Indonesia, di mana ada berbagai formasi sosial
sekaligus, perlu dibedakan dalam formasi sosial mana seseorang yang berperilaku
homoseksual, berorientasi homoseksual ataupun beridentitas homoseksual/gay berada.
Dalam hal ini kajian yang komprehensif telah dilakukan dan diterbitkan dalam _New
Left Review_ (No. 218, July/August 1996) oleh Peter Drucker, berjudul "'In the Tropics
There Is No Sin': Sexuality and Gay-Lesbian Movements in the Third World" (hal. 75-101).
Dengan merujuk pada kajian Drucker itu, dapatlah kita pahami bahwa karena Indonesia
lama berada dalam sistem kapitalisme kolonialis dan imperialis, maka banyak aspek
homoseksualitas yang terpengaruh, misalnya saja fetisyisme pemujaan terhadap gay
putih/barat yang berlebihan. Juga dikesampingkan, ditutup-tutupi atau dilecehkannya
bentuk-bentuk homoseksualitas (yang kadang melibatkan transgenderisme) dari formasiformasi sosial prakapitalis.
Akan halnya penindasan dari berbagai agama besar, perlu dicatat bahwa komunitas
agama-agama ini juga tergulung dalam perkembangan kapitalisme, sehingga moralitas
seksual modern-nya juga amat kuat menindas apa-apa yang dipandang
antiheteroseksisme, antikeluarga. Di pihak lain, masih ada juga moralitas seksual dari
formasi sosial prakapitalis, yang menimbulkan penindasan yang berbentuk lain pula.
Keanekaragaman formasi sosial, konstruksi seksualitas dan penindasannya itulah yang
acapkali membingungkan orang yang hendak membicarakan homoseksualitas dan
kapitalisme di negeri-negeri macam Indonesia.
Tak boleh dilupakan juga berpikir secara dialektis: perlawanan terhadap heteroseksisme,
menumpang industri budaya populer a la Hollywood, juga menumpang kapitalisme
datang ke sini. Hal ini pulalah yang membuat kondisi, dan tentunya analisis, menjadi
makin kompleks.
Salam demokrasi!
Dede Oetomo

Definisi sahabat


Berbagai  pendapat  mengenai  definisi  sahabat  telah  dikemukakan.  Ada
pendapat yang mengatakan: "Barangsiapa yang bersahabat dengan Nabi saw. atau
melihatnya daripada orang-orang Islam, maka ia adalah daripada para sahabatnya."
Definisi inilah yang dipegang oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya (al-Bukhari, Sahih,
v,  hlm.  1).  Sementara  gurunya  Ali  bin  al-Madini  berpendapat:  Barangsiapa  yang
bersahabat dengan  Nabi  saw. atau  melihatnya,  sekalipun  satu  jam  di  siang  hari,
adalah sahabatnya (Ibid). Manakala al-Zain al-Iraqi berkata: "Sahabat adalah siapa
saja yang berjumpa dengan Nabi sebagai seorang Muslim, kemudian mati di dalam
Islam." Said bin Musayyab berpendapat: "Barangsiapa yang tinggal bersama Nabi
selama satu tahun atau berperang bersamanya satu peperangan." Pendapat ini tidak
boleh dilaksanakan karena definisi ini mengeluarkan sahabat-sahabat yang tinggal
kurang daripada satu tahun bersama Nabi saw. dan sahabat-sahabat yang tidak ikut
berperang bersamanya. Ibn Hajar berkata: "Definisi tersebut  tidak boleh diterima
(Ibn Hajr, Fath al-Bari, viii, hlm. 1) Ibn al-Hajib menceritakan pendapat 'Umru bin
Yahya yang mensyaratkan seorang itu tinggal bersama Nabi saw. dalam masa yang
lama dan "mengambil (hadith) daripadanya (Syarh al-Fiqh al-'Iraqi, hlm.  4-3). Ada
juga pendapat yang mengatakan: "Sahabat adalah orang Muslim yang melihat Nabi
saw. dalam masa yang pendek (Ibid).
Kedudukan para sahabat
Kedudukan para sahabat dibagi menjadi tiga:
1.  Sahabat  semuanya  adil  dan  mereka  adalah  para  mujtahid.  Ini  adalah
pendapat Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah.
2.  Sahabat  seperti  orang  lain,  ada  yang  adil  dan  ada  yang  fasiq  karena
mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Justru itu yang baik diberi
ganjaran  karena  kebaikannya.  Sebaliknya  yang  jahat  dibalas  dengan
kejahatannya.  Ini  adalah  pendapat  mazhab  Ahlu  l-Bait  Rasulullah
saw./Syi'ah/Imam Dua belas.
3.  Semua sahabat adalah kafir  --semoga dijauhi Allah--  ini adalah pendapat
Khawarij yang terkeluar daripada Islam.
II
Dikemukakan dibawah ini lima hadis daripada Sahih al-Bukhari (Al-Bukhari, Sahih,
(Arabic-English), by Dr. Muhammad Muhammad Muhsin Khan, Islamic University,
Medina al-Munawwara, Kazi Publications, Chicago, USA 1987, jilid viii, hlm. 378-384 (Kitab ar-Riqaq, bab fi l-Haudh) dan enam hadis dari Sahih Muslim Muslim,
Sahih, edisi Muhammad Fuad 'Abdu l-Baqi, Cairo, 1339H, jilid iv, hlm. 1793-1800
(Kitab  al-Fadha'il,  bab  Ithbat  Haudhi  n-Nabi  saw.  yang  berkaitan  dengan  topik
kajian:
Terjemahan hadis-hadis dari Sahih al-Bukhari
1.  Hadis no. 578. Daripada Abdullah bahwa Nabi  saw. bersabda: Aku akan
mendahului kamu di Haudh dan sebagian daripada kamu akan dibawa di
hadapanku. Kemudian mereka akan dipisahkan jauh daripadaku. Aku akan
bersabda:  wahai  Tuhanku!  Mereka  itu  adalah  para  sahabatku  (ashabi).
Maka dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan
2
oleh  mereka  selepas  anda  meninggalkan  mereka  (inna-ka  la  tadri  ma
ahdathu ba'da-ka)
2.  Hadis  no.  584.  Daripada  Anas  daripada  Nabi  saw.  bersabda:  Sebagian
daripada sahabatku akan datang kepadaku di Haudh (Sungai/Kolam Susu)
sehingga aku mengenali mereka, lantas mereka dibawa jauh daripadaku.
Kemudian  aku  akan  bersabda:  Para  sahabatku  (ashabi)!  Maka  dia
(Malaikat) berkata: Anda tidak mengetahui apa yang lakukan oleh mereka
selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la adri ma ahdathu ba'da-ka)
3.  Hadis  no. 585.  Abu  Hazim daripada  Sahl bin  Sa'd  daripada  Nabi  saw.,
Nabi  saw.  bersabda:  Aku  akan  mendahului  kamu  di  Haudh.  Dan  siapa
yang akan melaluinya akan meminumnya. Dan siapa yang meminumnya
tidak  akan  dahaga  selama-lamanya.  Akan  datang  kepadaku  beberapa
orang yang aku kenali, dan mereka juga mengenaliku. Kemudian dihalang
di  antaraku  dan  mereka.  Abu  Hazim  berkata:  Nu'man  bin  Abi  'iyasy
berkata selepas mendengarku: Adakah anda telah mendengar sedemikian
daripada  Sahl?  Aku  menjawab:  Ya.  Aku  naik  saksi  bahwa  aku  telah
mendengar Abu Sa 'id al-Khudri berkata perkara yang sama, malah dia
menambah: Nabi saw. bersabda: Aku akan bersabda: mereka itu adalah
daripadaku  (ashabi).  Maka  dijawab:  "Sesungguhnya  anda  tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan
mereka.  Aku  akan  bersabda:  Jauh!  Jauh!  (daripada  rahmat  Allah)/ke
Neraka  mereka  yang  telah  mengubah/menukarkan  (hukum  Allah  dan
Sunnahku) selepasku (suhqan suhqan li-man ghayyara ba'di)"
4.  Abu  Hurairah  berkata  bahwa  Rasulullah  saw.  bersabda:  Sekumpulan
daripada para sahabatku akan datang kepadaku di Hari Kiamat. kemudian
mereka  akan  diusir  jauh  dari  Haudh.  Maka  aku  akan  bersabda:  Wahai
Tuhanku!  Mereka  itu  adalah  para  sahabatku  (ashabi).  Dijawab:
Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang mereka lakukan selepas
anda meninggalkan mereka (inna-ka la 'ilma la-ka bima ahdathu ba'daka)Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad kebelakang (irtaddu
'ala a'qabi-bi-himu l-Qahqariyy)
5.  Hadis  no.  586.  Daripada  Ibn  Musayyab  bahwa  Nabi  saw.  bersabda:
Sebagian  daripada  para  sahabatku  akan  mendatangiku  di  Haudh,  dan
mereka akan dipisahkan dari Haudh. Maka aku berkata: Wahai Tuhanku!
Mereka  adalah  para  sahabatku  (ashabi),  maka  akan  dijawab:
Sesungguhnya  anda  tidak  mengetahui  apa  yang  dilakukan  oleh  mereka
selepas anda meninggalkan mereka. Sesungguhnya mereka telah menjadi
kafir-murtad ke belakang selepas anda meninggalkan mereka (inna-hum
irtaddu ba 'da-ka 'ala Adbari-ka l-Qahqariyy)
6.  Hadis  no.  587.  Daripada  Abu  Hurairah  bahwa  Nabi  saw.bersabda:
Manakala  aku  sedang  tidur,  tiba-tiba  sekumpulan  (para  sahabatku)
datang kepadaku. Apabila aku mengenali mereka, tiba-tiba seorang lelaki
(Malaikat) keluar di antara aku dan mereka. Dia berkata kepada mereka :
Datang  kemari.  Aku  bertanya  kepadanya:  Ke  mana?  Dia  menjawab:  Ke
Neraka, demi  Allah.  Aku  pun  bertanya  lagi:  Apakah  kesalahan mereka?
Dia  menjawab:  Mereka  telah  menjadi  kafir-murtad  selepas  kamu
meninggalkan  mereka  (inna-hum  irtaddu  ba'da-ka  'ala  Adbari-himi  lQahqariyy).  Justru  itu  aku  tidak  melihat  mereka  selamat  melainkan
(beberapa  orang  saja)  sepertilah  unta  yang  tersesat/terbiar  daripada
3
pengembalanya (fala ara-hu yakhlusu min-hum illa mithlu hamali n-Na'
am).
Terjemahan hadis-hadis dari Sahih Muslim
1.  Hadis no. 26. (2290) Daripada Abi Hazim berkata: Aku telah mendengar
Sahlan  berkata:  Aku  telah  mendengar  Nabi  saw.  bersabda:  Aku  akan
mendahului  kamu  di  Haudh.  Siapa  yang  melaluinya,  dia  akan
meminumnya.  Dan  siapa  yang  meminumnya,  dia  tidak  akan  dahaga
selama-lamanya.  Akan  datang  kepadaku  beberapa  orang  yang  aku
mengenali mereka dan mereka mengenaliku (para sahabatku). Kemudian
dipisahkan di antaraku dan mereka. Abu Hazim berkata: Nu 'man bin Abi
'Iyasy  telah  mendengarnya dan  aku  telah  memberitahu  mereka  tentang
Hadis  ini.  Maka  dia  berkata:  Adakah  anda  telah  mendengar  Sahlan
berkata sedemikian? Dia berkata: Ya.(2291) Dia berkata: Aku naik saksi
bahwa aku telah mendengar Abu Sa'id al-Khudri menambah: Dia berkata:
Sesungguhnya  mereka  itu  adalah  daripadaku  (inna-hum  min- ni).  Dan
dijawab:  Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu
ba'da-ka). Maka aku (Nabi saw. bersabda: Jauh !Jauh! (daripada rahmat
Allah)/ke  Neraka  mereka  yang  telah  mengubah/menukarkan  (hukum
Tuhanku dan Sunnahku) selepasku (Suhqan suhqan li-man baddala ba'di)
2.  Hadis  no.  27  (2293)  Dia  berkata:  Asma'  binti  Abu  Bakr  berkata:
Rasulullah  saw.  bersabda:  Sesungguhnya  aku  akan  berada  di  Haudh
sehingga  aku  melihat  mereka  yang  datang  kepadaku  dikalangan  kamu
(man yaridu 'alayya min-kum). Dan mereka akan ditarik dengan pantas
(daripadaku),  maka  aku  akan  bersabda:  Wahai  Tuhanku!Mereka  itu
daripada (para sahabat)ku dan daripada umatku. Dijawab: Tidakkah anda
merasai/menyadari  apa  yang  dilakukan  oleh  mereka  selepas  anda
meninggalkan mereka (amma sya'arta ma 'amilu ba'da-ka)? Demi Allah,
mereka  senantiasa  mengundur  ke  belakang  (kembali  kepada  kekafiran)
selepas anda meninggalkan mereka (Wa Llahi!Ma barihu ba'da-ka yarji'un
'ala  a'qabi-him)  Dia  berkata:  Ibn  Abi  Mulaikah  berkata:  "Wahai
Tuhanku!Sesungguhnya kami memohon perlindungan daripadaMu supaya
kami tidak mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran) atau kami
difitnahkan tentang agama kami"
3.  Hadis  no.  28.  (2294)  Daripada  'Aisyah  berkata:  Aku  telah  mendengar
Nabi  saw.  bersabda  ketika  beliau  berada  di  kalangan  para  sahabatnya
(ashabi-hi):  Aku  akan  menunggu  mereka  di  kalangan  kamu  yang  akan
datang kepadaku. Demi Allah! Mereka akan ditarik dengan pantas dariku.
Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah daripada (para
sahabat)ku  dan  daripada  umatku.  Dijawab:  Sesungguhnya  anda  tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan
mereka (inna-ka la tadri ma 'amilu ba'da-ka). Mereka sentiasa mengundur
ke belakang (kembali kepada kekafiran) (Ma zalu yarji'un 'ala a'qabi-him)
4.  Hadis no. 29 (2295) Daripada Abdullah bin Rafi'; Maula Ummi Salmah;
isteri  Nabi  saw.  Rasulullah  saw.  bersabda:  Sesungguhnya  aku  akan
mendahului  kamu  di  Haudh.  Tidak  seorang  daripada  kamu  (para
sahabatku)  akan  datang  kepadaku  sehingga  dia  akan  dihalau/diusir
4
daripadaku  (fa-yudhabbu  'anni)  sebagaimana  dihalau/diusir  unta  yang
tersesat (ka-ma yudhabbu l-Ba'iru dh-Dhallu). Aku akan bersabda: apakah
salahnya?  Dijawab:  Sesungguhnya  anda  tidak  mengetahui  apa  yang
dilakukan  oleh  mereka  selepas  anda  meninggalkan  mereka  (inna-ka  la
tadri ma ahdathu ba'da-ka). Maka aku bersabda: Jauh! (daripada rahmat
Allah) (suhqan).
5.  Hadis  no.  32(2297)  Daripada  Abdillah,  Rasulullah  saw.  bersabda:  Aku
akan  mendahului  kamu  di  Haudh.  Dan  aku  akan  bertelagah  dengan
mereka  (aqwaman).  Kemudian  aku  akan  menguasai  mereka.  Maka  aku
bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku. Mereka itu
adalah  para  sahabatku  (Ya  Rabb!Ashabi,  ashabi).  Lantas  dijawab:
Sesungguhnya  anda  tidak  mengetahui  apa  yang  dilakukan  oleh  mereka
selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba'da-ka)
6.  Hadis no. 40. (2304) Daripada Anas bin Malik bahwa Nabi saw. bersabda:
Akan  datang  kepadaku  di  Haudh  beberapa  lelaki  (rijalun)  daripada
mereka  yang  telah  bersahabat  denganku  (mimman  sahabani)  sehingga
aku  melihat  mereka  diangkat  kepadaku.  Kemudian  mereka  dipisahkan
daripadaku.  Maka  aku  akan  bersabda:  Wahai  Tuhanku!  Mereka  adalah
para sahabatku. Mereka adalah para sahabatku (Usaihabi). Akan dijawab
kepadaku: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu
ba'da-ka).
Perkataan-perkataan yang penting di dalam hadis-hadis tersebut, Daripada hadishadis di atas kita dapati al-Bukhari telah menyebut perkataan:
a.  Ashabi (para sahabatku) secara literal sebanyak empat kali
b.  Inna-ka la tadri/la 'ilma la-ka ma ahdathu ba'da-ka (Sesungguhnya anda
tidak mengetahui apa yang dilakukan (ahdathu) oleh mereka selepas anda
meninggalkan  mereka)  sebanyak  tiga  kali.  Perkataan  ahdathu  berarti
mereka  telah  melakukan  bid'ah-bid'ah/inovasi  yang  menyalahi  al-Qur'an
dan Sunnah nabi saw..
c.  Inna-hum  Irtaddu  (Sesungguhnya  mereka  telah  menjadi  kafir-murtad)
sebanyak empat kali.
d.  Suhqan suhqan li-man gyayara ba'di [Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah)
/ke Nerakalah mereka yang telah mengubah/menukarkan-hukum Tuhanku
dan  Sunnahku-  selepasku]  satu  kali.  perkataan  "Ghayyara"  berarti
mengubah/ menukarkan hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
e.  Fala  arahu  yakhlusu  minhum  mithlu  hamali  n-Na'am  [Aku  tidak  fikir
mereka terselamat melainkan (beberapa orang saja) sepertilah unta yang
tersesat/terbiar daripada pengembalanya] satu kali.
Sementara Muslim telah menyebut perkataan:
a.  Ashabi (para sahabatku) secara literal satu kali.
b.  Ashabi-hi (para sahabatnya) satu kali, 
5
c.  Sahaba-ni (bersahabat denganku) satu kali
d.  Usaihabi (para sahabatku) dua kali.
e.  Innaka  la  tadri  ma  ahdathu  ba'da-ka  [sesungguhnya  anda  tidak
mengetahui  apa  yang  dilakukan  (ahdathu)  oleh  mereka  selepas  anda
meninggalkan mereka] tiga kali.
f.  Inna-ka  la  tadri/sya'arta  ma  'amilu  ba'da-ka  [Sesungguhnya  anda  tidak
mengetahui/menyedari  apa  yang  dilakukan  (ma  'amilu)  oleh  mereka
selepas anda meninggalkan mereka] tiga kali . Perkataan "Ma 'amilu" (Apa
yang  dilakukan  oleh  mereka)  adalah  amalan- amalan  yang  menyalahi
hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya. .
g.  Ma  barihu/Ma  zalu  Yarji'un  'ala  a'qabi-him  (mereka  sentiasa  kembali
kepada kekafiran) dua kali
h.  Suhqan suhqan li-man baddala ba'di [Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah)/
ke Nerakalah  mereka yang telah mengganti/ mengubah/ menukar-hukum
Tuhanku dan Sunnahku-  selepasku] satu kali. Perkataan "Baddala" berarti
mengganti/mengubah/menukar hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
Justeru  itu  sebab-sebab  mereka  menjadi  kafir-murtad  menurut  al-Bukhari  dan
Muslim adalah karena mereka:
1.  Ahdathu = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
2.  'Amilu = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
3.  Ghayyaru = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
4.  Baddalu = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
III
Ini berarti mereka yang telah mengubah hukum-Nya dan Sunnah NabiNya  dilaknati  (mal'unin).  Lantaran  itu  sembarang  justifikasi  (tabrirat)  seperti
Maslahah,  Masalihu  l-Mursalah,  Saddu  dh-Dhara'i',  Maqasidu  sy-Syari'ah',  dan
sebagainya  bagi  mengubah/menukar/menangguh/membatalkan  sebagian  hukum
Allah  dan  Sunnah  Nabi-Nya  adalah  bertentangan  dengan  al- Qur'an  dan  Sunnah
Nabi saw. Jika mereka terus melakukan sedemikian, maka mereka bukanlah Ahlu sSunnah Nabi saw., malah mereka adalah Ahli anti Sunnah nabi saw. Sebab utama
yang  membawa  mereka  menjadi  kafir-murtad  (Irtaddu/La  yazalun  yarji'un  'ala
a'qabi-him)  di dalan  hadis-hadis  tersebut  adalah karena  mereka  telah  mengubah
sebagian  hukum  Allah  dan  Sunnah  Nabi-Nya  (baddalu  wa  ghayyaru)  dengan
melakukan berbagai bid'ah (ahdathu) dan amalan-amalan ('amilu) yang menyalahi
al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw. Perkara yang sama akan berlaku kepada kita di
abad ini jika kita melakukan perkara yang sama. Menurut al-Bukhari dan Muslim,
hanya  sebilangan  kecil  daripada  mereka  terselamat  seperti  bilangan  unta  yang
tersesat/terbiar (mithlu hamali n-Na 'am). Justeru itu konsep keadilan semua para
sahabat  yang  diciptakan  oleh  Abu  l-Hasan  al-Asy'ari  (al-Asy'ari,  al-Ibanah,  cairo,
1958,  hlm.  12)  dan  dijadikan  akidah  Ahlu  s-Sunnah  wa  l-Jama'ah  adalah
bertentangan dengan hadis-hadis tersebut.
Walau  bagaimanapun  hadis-hadis  tersebut  adalah  bertepatan  dengan
firman-Nya  di  dalam  Surah  al-Saba'  (34):  131  "Dan  sedikit  daripada  hambahambaKu  yang  bersyukur",  firman-Nya  di  dalam  Surah  Yusuf  (12):  103  "Dan
kebanyakan  manusia  bukanlah  orang-orang  yang  beriman,  meskipun  engkau
6
harapkan", dan firman-Nya di dalam Surah Sad (38): 24 "Melainkan orang-orang
yang beriman, dan beramal salih, tetapi sedikit (bilangan) mereka" Dia berfirman
kepada  Nuh  di  dalam  Surah  Hud  (11):  40  "  Dan  tiadalah  beriman  bersamanya
melainkan sedikit saja." Mukminun adalah sedikit. Justru itu tidak heranlah jika di
kalangan para sahabat ada yang telah mengubah Sunnah Nabi saw., tidak meridhoi
keputusan  yang  dibuat  oleh  Nabi  saw.  Malah  mereka  menuduh  beliau
melakukannya karena kepentingan diri sendiri dan bukan karena Allah (swt). AlBukhari di dalam Sahihnya, Jilid IV, hlm. 47 bab al-Sabr 'Ala al-Adha meriwayatkan
bahwa  al-A'masy  telah  memberitahu  kami  bahwa  dia  berkata:  "Aku  mendengar
Syaqiq berkata: "Abdullah berkata: Suatu hari Nabi saw. telah membagikan-bagikan
sesuatu kepada para sahabatnya sebagaimana biasa dilakukannya. Tiba-tiba seorang
Ansar  mengkritiknya  seraya  berkata:  "Sesungguhnya  pembagian  ini  bukanlah
karena Allah (swt). Akupun berkata kepadanya bahwa aku akan memberitahu Nabi
saw.  mengenai  kata-katanya.  Akupun  mendatangi  beliau ketika itu  beliau  berada
bersama para sahabatnya. Lalu aku memberitahukan beliau apa yang berlaku. Tibatiba  mukanya  berubah  dan  menjadi  marah  sehingga  aku  menyesal
memberitahukannya. Kemudian beliau bersabda: "Musa disakiti lebih dari itu tetapi
beliau bersabar. "
Perhatikanlah  bagaimana  perlakuan  (ma  'amilu)  sahabat  terhadap  Nabi
saw.!  Tidakkah  apa yang  diucapkan oleh  Nabi  saw.  itu  adalah wahyu?  Tidakkah
keputusan  Nabi  saw.  itu  harus  ditaati?  Tetapi  mereka  tidak  mentaatinya  karena
mereka tidak mempercayai kemaksuman Nabi saw.. Al-Bukhari di dalam Sahihnya,
Jilid  IV,  Kitab  al-Adab  bab  Man  lam  yuwajih  al-Nas  bi  l-'Itab  berkata:  "Aisyah
berkata:  Nabi  saw.  pernah  melakukan  sesuatu  kemudian  membenarkan  para
sahabat  untuk  melakukannya.  Tetapi  sebagian  para  sahabat  tidak  melakukannya.
Kemudian  berita  ini  sampai  kepada  Nabi  saw.,  maka  beliau  memberi  khutbah
memuji  Allah  kemudian  bersabda:  "Kenapa  mereka  menjauhi  dari  melakukannya
perkara yang aku melakukannnya. Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mengetahui
dari mereka tentang Allah dan lebih takut kepadaNya dari mereka."
Al-Bukhari juga di dalam Sahihnya Jilid IV, hlm. 49 bab al-Tabassum wa
al-Dhahak  (senyum  dan  ketawa)  meriwayatkan  bahwa  Anas  bin  Malik  telah
memberitahukan kami bahwa dia berkata: "Aku berjalan bersama Rasulullah saw. di
waktu itu beliau memakai burdah (pakaian) Najrani yang tebal. Tiba-tiba datang
seorang Badwi lalu menarik pakaian Nabi saw. dengan kuat. " Anas berkata: "Aku
melihat  kulit  leher  Nabi  saw.  menjadi  lebam  akibat  tarikan kuat yang dilakukan
oleh Badwi tersebut. Kemudian dia (Badwi) berkata: Wahai Muhammad! Berikan
kepadaku  sebagian  dari  harta  Allah  yang  berada  di  sisi  anda.  Maka  Nabi  saw.
berpaling  kepadanya  dan  ketawa  lalu  menyuruh  sahabatnya  supaya  memberikan
kepadanya."  Di  kalangan  mereka  ada  yang  telah  menghina  Nabi  saw.dan
mempersendakan  Nabi  saw.  dengan  mengatakan  bahwa  Nabi  saw.  "Sedang
meracau" di hadapan Nabi saw." Kitab Allah adalah cukup dan kami tidak perlu
kepada Sunnah Nabi saw." (al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm.
69) "Sunnah Nabi saw. mendatangkan perselisihan dan pertengkaran kepada Umat
[Al-Dhahabi,  Tadhkirah  al-Huffaz,  I,  hlm.  3]"  "  Mereka  telah  mengepung  dan
membakar rumah anak perempuan Nabi saw.Fatimah (a.s) dan berkata: "Aku akan
membakar kalian sehingga kalian keluar untuk memberi bai'ah kepada Abu Bakar."
[Al-Tabari, Tarikh, III, hlm. 198; Abu-l-Fida," Tarikh, I, hlm. 156] merampas Fadak
daripada Fatimah (a.s) yang telah diberikan kepadanya oleh Nabi saw. 
7
Semasa hidupnya (Lihat Ahmad bin Tahir al-Baghdadi, Balaghah al-Nisa',
II,  hlm.  14;  Umar  Ridha  Kahalah,  A'lam  al-Nisa',  III,  hlm.  208; Ibn  Abi  al-Hadid,
Syarh Nahj al-Balaghah, IV, hlm. 79, 92), menyakiti hati Fatimah, Ali,  al-Hasan dan
al-Husain,  karena  Rasulullah  saw.  bersabda  "Siapa  menyakiti  Fatimah,  dia
menyakitiku,  dan  siapa  menyakitiku,  dia  menyakiti  Allah"  "Siapa  menyakiti  Ali,
sesungguhnya dia menyakitiku, dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah"
"al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga" (al-Qunduzi alHanafi, Yanabi' al-Mawaddah, hlm. 129-131 dan lain-lain). Mereka telah membakar
Sunnah Nabi saw. (Ibn Sa'd, Tabaqat, V, hlm. 140), "menghalangi orang ramai dari
meriwayatkan  Sunnah  Nabi  saw."  [al-Dhahabi,  Tadhkirah  al-Huffaz,  I,  hlm.  7],
mengesyaki Nabi saw. sama ada berada di atas kebenaran atau kebatilan [Muslim,
Sahih, IV, hlm. 12, 14; al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111], mengubah sebagian hukum
Allah dan sunnah Nabi saw. (al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa' hlm. 136)
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa al-Musayyab berkata: Aku berjumpa alBarra' bin 'Azib (r. a), lalu aku berkata: Alangkah beruntungnya anda karena anda
telah bersahabat (Sahabta) dengan Nabi saw. dan membaiahnya di bawah pokok.
Lantas dia menjawab: Wahai anak saudaraku! Sebenarnya anda tidak mengetahui
apa  yang  kami  lakukan  (Ahdathna-hu)  selepasnya  (al-Bukari,  Sahih,  v,  hlm.  343
(Hadis  no.  488)  Kesemua  hadis-hadis  tersebut  adalah  menepati  ayat  al-Inqilab
firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 144: "Muhammad itu tidak lain hanyalah
seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul apakah jika
dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang(murtad), maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada
Allah sedikitpun dan Allah akan memberi balasan kepada mereka yang bersyukur."
Dan bilangan yang sedikit saja yang "terselamat" adalah menepati firman-Nya di
dalam  Surah  Saba'  (34):  13:  "Dan  sedikit  sekali  dari  hamba-hambaku  yang
berterima kasih. "
Kesimpulan
Kekafiran  sebagian  besar  para  sahabat  selepas  kewafatan  Nabi  saw.
sebagaimana dicatat oleh al-Bukhari dan Muslim di dalam Sahih-Sahih mereka amat
menakutkan  sekali.  Dan  itu  menyalahi  akidah  Ahlu  s-Sunnah  wa  l-Jama'ah  yang
menegaskan  bahwa  semua  para  sahabat adalah adil  (kebal).  Lantaran  itu  manamana Muslim sama ada dia seorang yang bergelar sahabat, tabi'i, mufti, kadi dan
kita sendiri, tidak boleh mengubah/menangguhkan/melanggar/ membatalkan manamana  hukum  Allah  dan  Sunnah  Nabi-Nya  dengan  alasan  Maqasidu  sy-Syari'ah,
Maslahah,  dan  sebagainya.  Karena  Allah  dan  Rasul-Nya  tidak  akan  meridhai
perbuatan  tersebut.  Firman-Nya  "Tidak  ada  bagi  lelaki  mukmin  dan  perempuan
mukminah  (hak)  memilih  di  dalam  urusan  mereka  apabila  Allah  dan  Rasul-Nya
memutuskan  urusan  itu.  Barang  siapa  yang  mendurhakai  Allah  dan  Rasul-Nya,
maka ianya telah sesat dengan kesesatan yang nyata" (Al-Ahzab(33): 35). FirmanNya "Tidak, demi Tuhan, mereka tidak juga beriman sehingga mereka mengangkat
engkau menjadi hakim untuk mengurus perselisihan di kalangan mereka, kemudian
mereka  tiada  keberatan di  dalam hati  mereka  menerima  keputusan  engkau, dan
mereka menerima dengan sebenar-benarnya" (Al-Nisa' (4): 65) Firman-Nya "Barang
siapa  yang  tidak  menghukum  menurut  hukum  yang  diturunkan  Allah,  maka
mereka itulah orang-orang kafir" (al-Ma 'idah (5): 44) Firman-Nya "Barang siapa
yang  tidak  menghukum  menurut  hukum  yang  diturunkan  Allah,  maka  mereka
itulah orang-orang yang zalim" (al-Ma 'idah(5): 45) Firman-Nya "Barang siapa yang
tidak  menghukum  menurut  hukum  yang  diturunkan  Allah,  maka  mereka  itulah orang-orang yang fasiq" (al-Ma'idah (5): 47) Dan firman-Nya "Barang siapa yang
menentang  Rasul,  sesudah  nyata  petunjuk  baginya  dan  mengikut  bukan  jalan
orang-orang Mukmin, maka kami biarkan dia memimpin dan kami memasukkan
dia  ke  dalam  nereka  Jahannam.  Itulah  sejahat-jahat  tempat  kembali"  (Al-Nisa
'(4);115)  Semoga  semua  Muslimun  dahulu  dan  sekarang,  sama  ada  sahabat  atau
tidak, akan diampun dosa mereka dan dimasukkan ke Syurga-Nya. Amin

PEMBELAJARAN: DARI WINNING KE BEING FORMULA


Oleh: Andrias Harefa **

Sometimes an ounce of perception takes
a ton of education to change.
 Tom Anderson

Selama  belasan  tahun  saya  berkecimpung  dalam  dunia  bisnis, memainkan berbagai peran mulai dari wiraniaga, penulis-pengarang, konsultan di bidang pengembangan sumber daya manusia, wirausaha mandiri,  pengajar,  pelatih,  fasilitator  pembelajaran,  pembicara motivasi, dan terakhir Presiden Indonesia School of Life. 

Dalam  kurun  waktu  tersebut  saya  banyak  dipengaruhi  oleh konsep-konsep  winning  formulas  (formula-formula untuk  mencapai keberhasilan)  yang  ditawarkan  oleh,  antara  lain,  Dale  Carnegie, Frank  Bettger,  Norman  Vincent Peale, Robert  Schuler,  Zig  Ziglar, Denis  Waitley,  John  Wareham,  Albert  Gray,  Maxwell  Maltz,  Og Mandino,  Brian  Tracy,  Napoleon  Hill,  Anthony  Robbins,  Stephen Covey, Colin Turner, Daniel Goleman, Robert Kiyosaki, dan entah siapa  lagi.  Meski  tidak  seluruh  pandangan  para  tokoh  yang  relatif populer itu dapat saya sepakati, namun harus saya akui mereka ikut membentuk persepsi saya mengenai banyak aspek kehidupan.

“CINTA”


Para pecinta kebenaran dan pemeluk Islam hanya dapat kukuh pada musibah yang akan  pasti  datang  kepada  mereka  semata-mata  dengan  tetap  terjaganya  kecintaan (mahabbah)  mereka  terhadap  Ahlil  Bait  AS.  Semua  itu  dapat  dihidupkan  dan dirasakannya  langsung  pada  musim  duka,  seperti  yaum  asy-syura.  Ketika  cinta  kepada Ahlil  Bait  AS  merupakan  timbangan  (mizan)  atau  alamat  untuk  menentukan  iman seseorang,  dikumandangkan  syiar;  kullu  yaumin  asyura  wa  kullu  ardhin  karbala.   Itu karena asyura dan karbala merupakan sarana untuk menghidupkan cinta yang sangat kuat
kepada Ahlil Bait AS. Makna  mahabbah  terhadap  Ahlil  Bait  AS  bagi  setiap  orang  adalah  tsawab.

Banyak hadist dari lisan suci para aimmah maksumi AS menceritakan misalnya : “Siapa mencintai ahlil Bait AS tidak akan mati kecuali malaikat menyambutnya.” Atau, “Tidak akan  mati  siapa  yang  cinta  kepada  ahlil  bait  as  kecuali  telah  diampuni  dari  dosa  yang dilakukannya.” Tsaurah Imam Husein, dalam pembahasan-pembahasan yang diungkap oleh paraulama-ulama  kita,  salah  salah  satunya  adalah  untuk  mewujudkan  amar  ma’ruf  nahi
mungkar.  Selain  itu,  ada  suatu  keberadaan  yang  merupakan  zat  dari  Tsaurah  Imam Husein AS, yakni mahabbah. Yakni wujudnya kecintaan pada pribadi suci Al-Husein AS, cinta kepada aturan syariat yang diturunkan melalui kakeknya, Rasullulah Saww.

PEDOMAN AKTIVIS REVOLUSIONER


CIRI-CIRI SEORANG REVOLUSIONER
Mengapa kita perlu merubah diri kita menjadi seorang revolusioner ?
Sebagai  seorang  revolusioner,  kita  perlu  mengabdikan  pikiran-pikiran,   emosi  dan perbuatan-perbuatan kita kepada kepentingan perjuangan demokrasi sejati di Indonesia.

Tapi masing-masing kita dan setiap orang diantara kita masih pikiran-pikiran, sikap-sikap dan  kebiasaan-kebiasaan  lama  dari  masyarakat  bobrok  yang   ada  sekarang  ini.  Kita tumbuh dalam masyarakat yang tindas dan dihisap oleh kapitalisme. Sampai hari ini, kita masih dipengaruhi oleh gagasan-gagasan bobrok atau parsangka-  parangka borjuasi dari masyarakat  kini.  Karena  itulah,  mengapa  perlu  bagi  setiap  mereka   yang  revolusioner merubah dirinya sendiri.

Metode Ormond McGill

Di translate dari buku hypnosis stage ensiklopedia karya Ormond Mcgill Ini adalah metode personal saya dalam menghipnotis yang telah...