Senin, 13 November 2017
Faktor-Faktor Kesalahan Akal Menurut al-Qur'an
Ada lima faktor yang disebutkan dalam al-Qur'an yang dapat memperbesar kesalahan kerja akal dalam menjalankan fungsinya:
1. Lebih mengutamakan dugaan (dzan) daripada hal-hal yang pasti. Al-Qur'an Surah al-An'am: 116, yang bermaksud:
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan (majoriti) orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti prasangka belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Ayat Qur'an Surah Al-Isro': 36, yang bermaksud:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya."
2. Mengikuti jejak langkah nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik itu tanpa disertai pembuktian. Lihat Surah al-Baqaroh: 170, yang bermaksud:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka:" Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab:"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apakah) mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun. Dan tidak mendapat petunjuk?"
Lihat juga Surah al-Maidah: 77, dan 104, al-Qashas: 28, dan 36, al-Syuara': 6, 69, dan 74.
Jika apa yang dianuti dan diyakini oleh nenek moyang itu dapat dibuktikan kebenaran berdasarkan pembuktian-pembuktian secara aqliah (akal) yang wajar maka al-Qur'an akan membenarkan hal itu. Lihat Surah Yusuf: 38, yang bermaksud:
"Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku iaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah kurnia Allah kepada kamidan kepada manusia (seluruhnya) tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri(Nya)."
Dalam ayat tersebut, Allah SWT mengabadikan sikap Nabi Yusuf AS dengan dalil-dalil yang cukup kuat dapat membuktikan kebenaran ajaran pendahulunya iaitu ajaran Tauhid (ajaran yang tidak mempersekutukan Allah SWT) dan kemudian diikutinya. Dapat juga dilihat dalam al-Qur'an Surah az-Zuhruf: 22-24.
3. Mengikuti dorongan hawa nafsu (kepentingan-kepentingan peribadi). Lihat Surah an-Najm: 23, yang bermaksud:
"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakan; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaansangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepadamereka dari Tuhan mereka."
Lihat juga Surah aan-An'am: 119, Surah Muhammad: 14, dan 16, Surah Rum: 29, dan Surah al-Qosshos: 50.
4. Terpengaruh peribadi-peribadi (tokoh-tokoh) tertentu tanpa pembuktian status peribadi tersebut sama ada dia layak diikuti (ditaati) atau tidak. Lihat Surah al-Ahzab: 67, yang bermaksud:
"Dan mereka berkata:" Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin dan pembesarpembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)."
5. Tergesa-gesa dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa dibuktikan terlebih dahulu termasuk suatu hal yang tidak dibenarkan oleh Islam. Lihat Surah al-A'rof: 169, yang bermaksud:
".....iaitu bahawa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar...."
Maksudnya janganlah menyimpulkan bahawa sesuatu itu benar (datang) dari Allah walhal belum dibuktikan kebenarannya (kesimpulan tersebut). Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu.
Al-Qur'an Surah Yunus: 39, yang bermaksud:
"Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu."
Dosa Sosial dan Dosa Individual
Suatu ketika, seseorang mengambil sebuah sepeda motor yang sedang terparkir. Mengambil sesuatu yang bukan merupakan haknya adalah sebuah tindakan pencurian. Dalam melakukan operasi pencurian tersebut, ia ketahuan dan mencoba melarikan diri. Dan seperti yang mungkin sudah kita duga, bahkan mungkin ada yang menganjurkan, ia mengalami eigenrichting, ia harus menjalani ‘pengadilan massa’ ataupun dibabak-beluri oleh massa. Aparat ? Tidak ada pada saat itu.
Dan hasilnya sang pencuri harus merelakan nyawanya sebagai sebuah harga motor yang ‘hanya hampir’ dicurinya. Ia tewas dengan menggenaskan dihujani oleh batu, pukulan, tendangan dan cacian. Ia terbaring di jalan dan dibiarkan teronggok bagai sampah.
Para pengeroyok, si ‘hakim-hakim’, sang ‘jaksa-jaksa’ dan ‘eksekutor-eksrekutor’ itu pun melakukan penggeledahan. Di kantong sang pencuri terdapat sebuah resep yang belum ditebus dengan berlabel nama Ny. X yang kemudian dicocokkan dengan tanda pengenal sang pencuri. Ternyata, Ny. X adalah isteri tercinta dari sang pencuri. Ny. X sedang terbaring sakit parah dan membutuhkan obat yang tertera pada resep. Ny. X menjadi sang ‘juara mengharap satu’, obat tak kunjung datang
dan mayat sang suamilah yang tiba. Tragis..!
Inilah sepengalan kisah nyata yang terukir dalam kilasan sejarah manusia yang mungkian jarang melakukan pencatatan terhadap tragedi serupa. Saya yakin, anda punya kesimpulan yang sama tentang motif sang pencuri untu k melakukan tindakan terkutuk tersebut. Ia pasti sedang terdesak, Ia terpaksa melakukan dan melakoninya, karena ia bermain dalam panggung drama kehidupan, teater kesedihan dalam lakon cerita kemiskinan yang mengharuskan ia mencari uang dengan cara yang nota bene adalah pencurian.
Kisah ini sesaat membuat saya termenung dan terpekur. Pikiran saya melayang, masygul dan gundah gulana. Sesaat, saya berfikir tentang bagaimana Tuhan sebagai “Sang Hakim Agung”, menghadapi perkara macam ini. Terdakwanya adalah sang pencuri yang telah melakukan dosa individual, ataukah massa pengeroyoklah si terdakwa yang pantas duduk di kursi pesakitan karena melakukan kesalahan berupa penghilangan nyawa orang lain ?
Kalau kita mau lebih menganalisa, menurut saya, sang pencuri adalah korban. Korban dari dosa sosial kita semua yang mempunyai keadaan ‘berkelebihan’ darinya yang dalam keadaan cul de sac dan tanpa melakukan distribusi kekayaan berupa menunjukkan jalan finansial pada mereka. Dosa sosial dari orang-orang yang menimbun hartanya dan menjadikan perutnya adalah kuburan. Cuma itu ? Tidak ! Ia juga korban dari kesalahan pembangunan dari rezim yang sama sekali tidak pernah
melirik apalagi memihak mereka. Buah dari kemiskinan yang ‘diciptakan’.
Orang-orang miskin yang jumlahnya sekian banyak tersebut adalah korban dari sistem sosial dan bukan karena kesalahan individual yang terkesan klise, malas, bodoh dan lainlainnya. Mereka adalah korban dari bantuan JPS, pajak, zakat, khumus dan infak yang tidak sampai dan terpotong oleh para pejabat penghisap.
Para pengeroyok juga merupakan korban. Mereka adalah korban dari gagalnya para penegak hukum membangun supremasi hukum. Mereka adalah korban-korban dari para penegak hukum yang berperan ganda menjadi para penggerogot hukum. Mereka sakit secara sosial, karena bakteri hakim sogokan, jaksa yang terjual, polisi yang hanya memikirkan rupiah dan sarjana-sarjana hukum yang bangga karena berhasil meloloskan kliennya dari jerat hukum. Mereka gelap mata, tak
punya pelindung, dan melakukan teknik perlindungan untuk melindungi kepemilikan mereka yang pada saat yang sama tidak mendapat perlindungan hukum dari para penegak hukum.
Lalu siapakah yang paling bertanggungjawab ? Mereka semuanya hanyalah korban dari rezim yang lebih memperhatikan kursi kepresidenan ataupun jabatan daripada perut dan keadaan mereka. Mereka semuanya korban dari orang-orang elit yang sama sekali enggan berpaling pada mereka. Mereka semuanya adalah korban dan bukan tersangka...
Tuhan yang adil pasti mempunyai hukuman yang pas bagi mereka, dan kita hanya bisa mendoakan mereka yang menjadi korban dan melaknat orang-orang yang menjadikan seseorang atau suatu kaum sebagai korban.
Dan hanya Dia Yang Maha Tahu,
Yogyakarta, 2 Agustus 2001
Zainal A.M. Husein
Diskusi homoseksualitas
Dialog ini terbit di milis Indo-Marxis pada tahun 1999.
Dari "Sosialisme di Dunia Moderen":
Kita juga harus melawan penindasan terhadap kaum homoseksual dan lesbian (gay).
Kaum gay seringkali dikambing-hitamkan sebagai biang keladi dari masalah-masalah
sosial, padahal justru mereka yang menjadi korban.
Penindasan terhadap kaum gay juga berkaitan dengan keperluan sistem kapitalis untuk
memproduksi tenaga kerja dan struktur-struktur ideologis lewat keluarga "normal".
Orang yang tidak menyesuaikan diri untuk memainkan peranan sebagai laki-laki atau
perempuan "normal" dianggap sebagai ancaman terhadap ketertiban sosial. Prasangka
ini tercerminkan pula dalam struktur-struktur sosial-budaya, dimana kaum gay dianggap
tidak senonoh, dan bisa di-PHK, dipukul, bahkan dibunuh lantaran gaya hidup mereka
yang lain.
Sebetulnya kita semua dirugikan oleh situasi ini, karena terpaksa kita harus hidup
menurut pola tindak-tanduk yang kelewat sempit (konservatif). Makanya, semestinya kita
menyambut dengan antusias munculnya organisasi gay dewasa ini yang
memperjuangkan hak-hak mereka.
****
Surat-menyurat dari milis "Indo-Marxis":
Dari seorang peserta: "Aku tertarik dengan permasalahan gay. Sekarang ini kaum
homoseksual sudah banyak keluar', menunjukkan diri mereka sebenarnya, misalnya di
salah satu >acara tv swasta (sorry lupa) yang pesertanya banyak gay. Dari penganut
agama yang fanatik jelas sulit menerima kehadiran mereka, bahkan di keluarga pun
banyak yang dikucilkan. Ini tentu tak lepas dari sistem negara kita yang tidak memberi
tempat bagi kaum homoseksual (bahkan cross-dressing pun tidak bisa diterima! Padahal
perempuan bebas memakai baju laki-laki, tapi kalau laki-laki memakai rok, atau
daster?)."
Julian: Hak perempuan untuk pakai celana juga harus diperjuangkan; saya masih ingat
pada tahun 1970 ada seorang cewek kulit hitam yang bekerja di tempat saya juga kerja;
dia orang kulit hitam yang pertama yang boleh bekerja di perusahaan tersebut (ini di
Amerika). Dan dia muncul dengan celana jeans. Karena masalah ras begitu peka, kaum
majikan tidak berani melarang celana jeans itu. Itu pertama kali mereka izinkan
perempuan memakai celana.
"Aku kurang paham kaitannya dengan kapitalisme."
Julian: Beberapa pikiran dulu, nanti saya cari data dan referensi. Hal ini sudah menjadi
perdebatan yang kompleks. Tapi pada dasarnya saya kira soal ini berkaitan dengan
penindasan terhadap perempuan. Peranan laki-laki dan perempuan masing-masing
ditentukan secara keras oleh tatanan sosial yang ada (itu kami jelaskan dalam teks
tentang masalah gender). Sehingga seseorang yang tidak menerima peranan tersebut
dianggap mengancam tatanan sosial. Jadi segala macam pantangan dikembangkan oleh
pemerintah, lembaga-lembaga agama dsb dan kemudian menjadi sebagian dari ideologi
kapitalisme.
****
Kiriman tambahan dari Julian:
Saya diminta memberi penjelesan tentang hubungan antara kapitalisme dan penindasan
terhadap kaum gay, dengan referensi. Dalam balasan pertama saya tulis bahwa ini
berkaitan dengan penindasan terhadap perempuan. Peranan laki-laki dan perempuan
masing-masing ditentukan oleh tatanan sosial (melalui mekanisme-mekanisme yang
cukup kompleks tentunya) dan fenomena homosekual-lesbian tidak bisa ditolerir karena
melanggar batasan antara peranan itu.
Dan saya baru temukan sebuah referensi yang menarik. Komentar yang berikut saya
ambil dari Jeffrey Weeks, "Capitalism and the Organisation of Sex", dalam
"Homosexuality: Power and Politics", Allison & Busby, London, 1980.
Di Inggeris, homoseksualitas tidak dilarang sebelum tahun 1885. (Setelah tahun itupun,
para lesbian tidak dihiraukan sama sekali.) Yang dilarang adalah bersodomi, tetapi itu
juga ilegal buat para heteroseksual. Di sini kita sudah melihat satu aspek yang penting:
sodomi tentu saja diharamkan karena hubungan seks dianggap sesuatu yang
dimadsudkan untuk bikin anak, dalam konteks perkawakinan antara lelaki dan
perempuan, supaya harta si lelaki bisa diwariskan dsb.
Meski demikian, homoseksualitas baru menjadi masalah besar setelah timbulnya
kapitalisme. Menurut Jeffrey Weeks, seorang ahli di bidang ini yang berhaluan kiri:
"sejak pertengahan abad XVIII bentuk keluarga monogami dan heteroseks semakin
ditekankan dalam ideologi borjuis sebagai unit dasar dalam masyarakat. Masyarakat
beralih dari model keluarga yang menekankan garis silsilah dan reproduksi tradisi
keluarga (sehingga yang penting adalah memilih calon istri/suami dari keluarga lain
yang sesuai) kepada sebuah model yang menekankan pilihan pribadi berdasarkan
keinginan emosional. Sekurang-kurangnya dalam ideologi, yang menyatukan keluarga
itu adalah cinta dan seks ... Tekanan ini asal-usulnya bisa ditemukan dalam
perkembangan ekonomi (pemisahan kaum perempuan dari kerja sosial), ideologi
(tekanan yang lebih besar pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta
konstruksi sosial dari sifat-sifat "kelelakian" dan "kewanitaan") dan politik (karena
keluarga selama abad XIX dilihat sebagai faktor pokok bagi menjamin kestabilan serta
mengurangi ketegangan sosial, dan sebagai tempat berlindung pribadi yang damai dan
tenteram) ..."
Homoseksual(itas) sebagai identitas (dan istilah homoksekual itu sendiri) baru muncul
pada saat itu.
****
Komentar dari Dede Oetomo:
Kw. Julian yang budiman
Secara umum, penindasan terhadap apa yang sekarang kita kenal dengan konsep
homoseksualitas, perilaku homoseksual, dan kaum gay, lesbian dan biseksual,
dihubungkan dengan institusi keluarga (n.b. heteroseksual) di dalam kapitalisme. Dalam
hal ini kita mengikuti pemikiran Marxis yang diuraikan Engels dalam tulisannya "The
Origin of the Family, Private Property and the State". Ideologi keluarga, hak milik
pribadi dan negara inilah yang mengharamkan homoseksualitas, karena bertentangan
dengan asas bahwa keluarga sebagai institusi ekonomi dalam sistem kapitalis bersifat
heteroseksual dan monogam.
Perlu juga diingat dalam hubungannya dengan kapitalisme adanya dan
dipertahankannya fetisyisme perbedaan homoseksual-heteroseksual itu sendiri, padahal
kita tahu bahwa dalam kenyataan keadaannya jauh lebih kompleks daripada dikotomi
seperti itu. Fetisyisme ini juga menindas mereka yang sebetulnya tidak patut atau tidak
pas dikotakkan dalam satu orientasi seksual atau yang lainnya, melainkan memiliki
kompleksitas sendiri.
Kajian yang sedang ditulis mengenai homoseksualitas di Indonesia, oleh Thomas
Boellstorff di Universitas Stanford, jelas menunjukkan bahwa penindasan bagi mereka
yang telanjur terjebak dalam kekakuan identitas tadi berbentuk heteroseksisme, yakni
ideologi dominan bahwa hanya hubungan heteroseksual monogam di dalam keluargalah yang sah.
Untuk meninjau masyarakat seperti Indonesia, di mana ada berbagai formasi sosial
sekaligus, perlu dibedakan dalam formasi sosial mana seseorang yang berperilaku
homoseksual, berorientasi homoseksual ataupun beridentitas homoseksual/gay berada.
Dalam hal ini kajian yang komprehensif telah dilakukan dan diterbitkan dalam _New
Left Review_ (No. 218, July/August 1996) oleh Peter Drucker, berjudul "'In the Tropics
There Is No Sin': Sexuality and Gay-Lesbian Movements in the Third World" (hal. 75-101).
Dengan merujuk pada kajian Drucker itu, dapatlah kita pahami bahwa karena Indonesia
lama berada dalam sistem kapitalisme kolonialis dan imperialis, maka banyak aspek
homoseksualitas yang terpengaruh, misalnya saja fetisyisme pemujaan terhadap gay
putih/barat yang berlebihan. Juga dikesampingkan, ditutup-tutupi atau dilecehkannya
bentuk-bentuk homoseksualitas (yang kadang melibatkan transgenderisme) dari formasiformasi sosial prakapitalis.
Akan halnya penindasan dari berbagai agama besar, perlu dicatat bahwa komunitas
agama-agama ini juga tergulung dalam perkembangan kapitalisme, sehingga moralitas
seksual modern-nya juga amat kuat menindas apa-apa yang dipandang
antiheteroseksisme, antikeluarga. Di pihak lain, masih ada juga moralitas seksual dari
formasi sosial prakapitalis, yang menimbulkan penindasan yang berbentuk lain pula.
Keanekaragaman formasi sosial, konstruksi seksualitas dan penindasannya itulah yang
acapkali membingungkan orang yang hendak membicarakan homoseksualitas dan
kapitalisme di negeri-negeri macam Indonesia.
Tak boleh dilupakan juga berpikir secara dialektis: perlawanan terhadap heteroseksisme,
menumpang industri budaya populer a la Hollywood, juga menumpang kapitalisme
datang ke sini. Hal ini pulalah yang membuat kondisi, dan tentunya analisis, menjadi
makin kompleks.
Salam demokrasi!
Dede Oetomo
Definisi sahabat
Berbagai pendapat mengenai definisi sahabat telah dikemukakan. Ada
pendapat yang mengatakan: "Barangsiapa yang bersahabat dengan Nabi saw. atau
melihatnya daripada orang-orang Islam, maka ia adalah daripada para sahabatnya."
Definisi inilah yang dipegang oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya (al-Bukhari, Sahih,
v, hlm. 1). Sementara gurunya Ali bin al-Madini berpendapat: Barangsiapa yang
bersahabat dengan Nabi saw. atau melihatnya, sekalipun satu jam di siang hari,
adalah sahabatnya (Ibid). Manakala al-Zain al-Iraqi berkata: "Sahabat adalah siapa
saja yang berjumpa dengan Nabi sebagai seorang Muslim, kemudian mati di dalam
Islam." Said bin Musayyab berpendapat: "Barangsiapa yang tinggal bersama Nabi
selama satu tahun atau berperang bersamanya satu peperangan." Pendapat ini tidak
boleh dilaksanakan karena definisi ini mengeluarkan sahabat-sahabat yang tinggal
kurang daripada satu tahun bersama Nabi saw. dan sahabat-sahabat yang tidak ikut
berperang bersamanya. Ibn Hajar berkata: "Definisi tersebut tidak boleh diterima
(Ibn Hajr, Fath al-Bari, viii, hlm. 1) Ibn al-Hajib menceritakan pendapat 'Umru bin
Yahya yang mensyaratkan seorang itu tinggal bersama Nabi saw. dalam masa yang
lama dan "mengambil (hadith) daripadanya (Syarh al-Fiqh al-'Iraqi, hlm. 4-3). Ada
juga pendapat yang mengatakan: "Sahabat adalah orang Muslim yang melihat Nabi
saw. dalam masa yang pendek (Ibid).
Kedudukan para sahabat
Kedudukan para sahabat dibagi menjadi tiga:
1. Sahabat semuanya adil dan mereka adalah para mujtahid. Ini adalah
pendapat Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah.
2. Sahabat seperti orang lain, ada yang adil dan ada yang fasiq karena
mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Justru itu yang baik diberi
ganjaran karena kebaikannya. Sebaliknya yang jahat dibalas dengan
kejahatannya. Ini adalah pendapat mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah
saw./Syi'ah/Imam Dua belas.
3. Semua sahabat adalah kafir --semoga dijauhi Allah-- ini adalah pendapat
Khawarij yang terkeluar daripada Islam.
II
Dikemukakan dibawah ini lima hadis daripada Sahih al-Bukhari (Al-Bukhari, Sahih,
(Arabic-English), by Dr. Muhammad Muhammad Muhsin Khan, Islamic University,
Medina al-Munawwara, Kazi Publications, Chicago, USA 1987, jilid viii, hlm. 378-384 (Kitab ar-Riqaq, bab fi l-Haudh) dan enam hadis dari Sahih Muslim Muslim,
Sahih, edisi Muhammad Fuad 'Abdu l-Baqi, Cairo, 1339H, jilid iv, hlm. 1793-1800
(Kitab al-Fadha'il, bab Ithbat Haudhi n-Nabi saw. yang berkaitan dengan topik
kajian:
Terjemahan hadis-hadis dari Sahih al-Bukhari
1. Hadis no. 578. Daripada Abdullah bahwa Nabi saw. bersabda: Aku akan
mendahului kamu di Haudh dan sebagian daripada kamu akan dibawa di
hadapanku. Kemudian mereka akan dipisahkan jauh daripadaku. Aku akan
bersabda: wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi).
Maka dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan
2
oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma
ahdathu ba'da-ka)
2. Hadis no. 584. Daripada Anas daripada Nabi saw. bersabda: Sebagian
daripada sahabatku akan datang kepadaku di Haudh (Sungai/Kolam Susu)
sehingga aku mengenali mereka, lantas mereka dibawa jauh daripadaku.
Kemudian aku akan bersabda: Para sahabatku (ashabi)! Maka dia
(Malaikat) berkata: Anda tidak mengetahui apa yang lakukan oleh mereka
selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la adri ma ahdathu ba'da-ka)
3. Hadis no. 585. Abu Hazim daripada Sahl bin Sa'd daripada Nabi saw.,
Nabi saw. bersabda: Aku akan mendahului kamu di Haudh. Dan siapa
yang akan melaluinya akan meminumnya. Dan siapa yang meminumnya
tidak akan dahaga selama-lamanya. Akan datang kepadaku beberapa
orang yang aku kenali, dan mereka juga mengenaliku. Kemudian dihalang
di antaraku dan mereka. Abu Hazim berkata: Nu'man bin Abi 'iyasy
berkata selepas mendengarku: Adakah anda telah mendengar sedemikian
daripada Sahl? Aku menjawab: Ya. Aku naik saksi bahwa aku telah
mendengar Abu Sa 'id al-Khudri berkata perkara yang sama, malah dia
menambah: Nabi saw. bersabda: Aku akan bersabda: mereka itu adalah
daripadaku (ashabi). Maka dijawab: "Sesungguhnya anda tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan
mereka. Aku akan bersabda: Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah)/ke
Neraka mereka yang telah mengubah/menukarkan (hukum Allah dan
Sunnahku) selepasku (suhqan suhqan li-man ghayyara ba'di)"
4. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sekumpulan
daripada para sahabatku akan datang kepadaku di Hari Kiamat. kemudian
mereka akan diusir jauh dari Haudh. Maka aku akan bersabda: Wahai
Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi). Dijawab:
Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang mereka lakukan selepas
anda meninggalkan mereka (inna-ka la 'ilma la-ka bima ahdathu ba'daka)Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad kebelakang (irtaddu
'ala a'qabi-bi-himu l-Qahqariyy)
5. Hadis no. 586. Daripada Ibn Musayyab bahwa Nabi saw. bersabda:
Sebagian daripada para sahabatku akan mendatangiku di Haudh, dan
mereka akan dipisahkan dari Haudh. Maka aku berkata: Wahai Tuhanku!
Mereka adalah para sahabatku (ashabi), maka akan dijawab:
Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka
selepas anda meninggalkan mereka. Sesungguhnya mereka telah menjadi
kafir-murtad ke belakang selepas anda meninggalkan mereka (inna-hum
irtaddu ba 'da-ka 'ala Adbari-ka l-Qahqariyy)
6. Hadis no. 587. Daripada Abu Hurairah bahwa Nabi saw.bersabda:
Manakala aku sedang tidur, tiba-tiba sekumpulan (para sahabatku)
datang kepadaku. Apabila aku mengenali mereka, tiba-tiba seorang lelaki
(Malaikat) keluar di antara aku dan mereka. Dia berkata kepada mereka :
Datang kemari. Aku bertanya kepadanya: Ke mana? Dia menjawab: Ke
Neraka, demi Allah. Aku pun bertanya lagi: Apakah kesalahan mereka?
Dia menjawab: Mereka telah menjadi kafir-murtad selepas kamu
meninggalkan mereka (inna-hum irtaddu ba'da-ka 'ala Adbari-himi lQahqariyy). Justru itu aku tidak melihat mereka selamat melainkan
(beberapa orang saja) sepertilah unta yang tersesat/terbiar daripada
3
pengembalanya (fala ara-hu yakhlusu min-hum illa mithlu hamali n-Na'
am).
Terjemahan hadis-hadis dari Sahih Muslim
1. Hadis no. 26. (2290) Daripada Abi Hazim berkata: Aku telah mendengar
Sahlan berkata: Aku telah mendengar Nabi saw. bersabda: Aku akan
mendahului kamu di Haudh. Siapa yang melaluinya, dia akan
meminumnya. Dan siapa yang meminumnya, dia tidak akan dahaga
selama-lamanya. Akan datang kepadaku beberapa orang yang aku
mengenali mereka dan mereka mengenaliku (para sahabatku). Kemudian
dipisahkan di antaraku dan mereka. Abu Hazim berkata: Nu 'man bin Abi
'Iyasy telah mendengarnya dan aku telah memberitahu mereka tentang
Hadis ini. Maka dia berkata: Adakah anda telah mendengar Sahlan
berkata sedemikian? Dia berkata: Ya.(2291) Dia berkata: Aku naik saksi
bahwa aku telah mendengar Abu Sa'id al-Khudri menambah: Dia berkata:
Sesungguhnya mereka itu adalah daripadaku (inna-hum min- ni). Dan
dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu
ba'da-ka). Maka aku (Nabi saw. bersabda: Jauh !Jauh! (daripada rahmat
Allah)/ke Neraka mereka yang telah mengubah/menukarkan (hukum
Tuhanku dan Sunnahku) selepasku (Suhqan suhqan li-man baddala ba'di)
2. Hadis no. 27 (2293) Dia berkata: Asma' binti Abu Bakr berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku akan berada di Haudh
sehingga aku melihat mereka yang datang kepadaku dikalangan kamu
(man yaridu 'alayya min-kum). Dan mereka akan ditarik dengan pantas
(daripadaku), maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku!Mereka itu
daripada (para sahabat)ku dan daripada umatku. Dijawab: Tidakkah anda
merasai/menyadari apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda
meninggalkan mereka (amma sya'arta ma 'amilu ba'da-ka)? Demi Allah,
mereka senantiasa mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran)
selepas anda meninggalkan mereka (Wa Llahi!Ma barihu ba'da-ka yarji'un
'ala a'qabi-him) Dia berkata: Ibn Abi Mulaikah berkata: "Wahai
Tuhanku!Sesungguhnya kami memohon perlindungan daripadaMu supaya
kami tidak mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran) atau kami
difitnahkan tentang agama kami"
3. Hadis no. 28. (2294) Daripada 'Aisyah berkata: Aku telah mendengar
Nabi saw. bersabda ketika beliau berada di kalangan para sahabatnya
(ashabi-hi): Aku akan menunggu mereka di kalangan kamu yang akan
datang kepadaku. Demi Allah! Mereka akan ditarik dengan pantas dariku.
Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah daripada (para
sahabat)ku dan daripada umatku. Dijawab: Sesungguhnya anda tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan
mereka (inna-ka la tadri ma 'amilu ba'da-ka). Mereka sentiasa mengundur
ke belakang (kembali kepada kekafiran) (Ma zalu yarji'un 'ala a'qabi-him)
4. Hadis no. 29 (2295) Daripada Abdullah bin Rafi'; Maula Ummi Salmah;
isteri Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku akan
mendahului kamu di Haudh. Tidak seorang daripada kamu (para
sahabatku) akan datang kepadaku sehingga dia akan dihalau/diusir
4
daripadaku (fa-yudhabbu 'anni) sebagaimana dihalau/diusir unta yang
tersesat (ka-ma yudhabbu l-Ba'iru dh-Dhallu). Aku akan bersabda: apakah
salahnya? Dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang
dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la
tadri ma ahdathu ba'da-ka). Maka aku bersabda: Jauh! (daripada rahmat
Allah) (suhqan).
5. Hadis no. 32(2297) Daripada Abdillah, Rasulullah saw. bersabda: Aku
akan mendahului kamu di Haudh. Dan aku akan bertelagah dengan
mereka (aqwaman). Kemudian aku akan menguasai mereka. Maka aku
bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku. Mereka itu
adalah para sahabatku (Ya Rabb!Ashabi, ashabi). Lantas dijawab:
Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka
selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba'da-ka)
6. Hadis no. 40. (2304) Daripada Anas bin Malik bahwa Nabi saw. bersabda:
Akan datang kepadaku di Haudh beberapa lelaki (rijalun) daripada
mereka yang telah bersahabat denganku (mimman sahabani) sehingga
aku melihat mereka diangkat kepadaku. Kemudian mereka dipisahkan
daripadaku. Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah
para sahabatku. Mereka adalah para sahabatku (Usaihabi). Akan dijawab
kepadaku: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu
ba'da-ka).
Perkataan-perkataan yang penting di dalam hadis-hadis tersebut, Daripada hadishadis di atas kita dapati al-Bukhari telah menyebut perkataan:
a. Ashabi (para sahabatku) secara literal sebanyak empat kali
b. Inna-ka la tadri/la 'ilma la-ka ma ahdathu ba'da-ka (Sesungguhnya anda
tidak mengetahui apa yang dilakukan (ahdathu) oleh mereka selepas anda
meninggalkan mereka) sebanyak tiga kali. Perkataan ahdathu berarti
mereka telah melakukan bid'ah-bid'ah/inovasi yang menyalahi al-Qur'an
dan Sunnah nabi saw..
c. Inna-hum Irtaddu (Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad)
sebanyak empat kali.
d. Suhqan suhqan li-man gyayara ba'di [Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah)
/ke Nerakalah mereka yang telah mengubah/menukarkan-hukum Tuhanku
dan Sunnahku- selepasku] satu kali. perkataan "Ghayyara" berarti
mengubah/ menukarkan hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
e. Fala arahu yakhlusu minhum mithlu hamali n-Na'am [Aku tidak fikir
mereka terselamat melainkan (beberapa orang saja) sepertilah unta yang
tersesat/terbiar daripada pengembalanya] satu kali.
Sementara Muslim telah menyebut perkataan:
a. Ashabi (para sahabatku) secara literal satu kali.
b. Ashabi-hi (para sahabatnya) satu kali,
5
c. Sahaba-ni (bersahabat denganku) satu kali
d. Usaihabi (para sahabatku) dua kali.
e. Innaka la tadri ma ahdathu ba'da-ka [sesungguhnya anda tidak
mengetahui apa yang dilakukan (ahdathu) oleh mereka selepas anda
meninggalkan mereka] tiga kali.
f. Inna-ka la tadri/sya'arta ma 'amilu ba'da-ka [Sesungguhnya anda tidak
mengetahui/menyedari apa yang dilakukan (ma 'amilu) oleh mereka
selepas anda meninggalkan mereka] tiga kali . Perkataan "Ma 'amilu" (Apa
yang dilakukan oleh mereka) adalah amalan- amalan yang menyalahi
hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya. .
g. Ma barihu/Ma zalu Yarji'un 'ala a'qabi-him (mereka sentiasa kembali
kepada kekafiran) dua kali
h. Suhqan suhqan li-man baddala ba'di [Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah)/
ke Nerakalah mereka yang telah mengganti/ mengubah/ menukar-hukum
Tuhanku dan Sunnahku- selepasku] satu kali. Perkataan "Baddala" berarti
mengganti/mengubah/menukar hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
Justeru itu sebab-sebab mereka menjadi kafir-murtad menurut al-Bukhari dan
Muslim adalah karena mereka:
1. Ahdathu = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
2. 'Amilu = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
3. Ghayyaru = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
4. Baddalu = Irtaddu/ yarji'un 'ala a'qabi-him
III
Ini berarti mereka yang telah mengubah hukum-Nya dan Sunnah NabiNya dilaknati (mal'unin). Lantaran itu sembarang justifikasi (tabrirat) seperti
Maslahah, Masalihu l-Mursalah, Saddu dh-Dhara'i', Maqasidu sy-Syari'ah', dan
sebagainya bagi mengubah/menukar/menangguh/membatalkan sebagian hukum
Allah dan Sunnah Nabi-Nya adalah bertentangan dengan al- Qur'an dan Sunnah
Nabi saw. Jika mereka terus melakukan sedemikian, maka mereka bukanlah Ahlu sSunnah Nabi saw., malah mereka adalah Ahli anti Sunnah nabi saw. Sebab utama
yang membawa mereka menjadi kafir-murtad (Irtaddu/La yazalun yarji'un 'ala
a'qabi-him) di dalan hadis-hadis tersebut adalah karena mereka telah mengubah
sebagian hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya (baddalu wa ghayyaru) dengan
melakukan berbagai bid'ah (ahdathu) dan amalan-amalan ('amilu) yang menyalahi
al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw. Perkara yang sama akan berlaku kepada kita di
abad ini jika kita melakukan perkara yang sama. Menurut al-Bukhari dan Muslim,
hanya sebilangan kecil daripada mereka terselamat seperti bilangan unta yang
tersesat/terbiar (mithlu hamali n-Na 'am). Justeru itu konsep keadilan semua para
sahabat yang diciptakan oleh Abu l-Hasan al-Asy'ari (al-Asy'ari, al-Ibanah, cairo,
1958, hlm. 12) dan dijadikan akidah Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah adalah
bertentangan dengan hadis-hadis tersebut.
Walau bagaimanapun hadis-hadis tersebut adalah bertepatan dengan
firman-Nya di dalam Surah al-Saba' (34): 131 "Dan sedikit daripada hambahambaKu yang bersyukur", firman-Nya di dalam Surah Yusuf (12): 103 "Dan
kebanyakan manusia bukanlah orang-orang yang beriman, meskipun engkau
6
harapkan", dan firman-Nya di dalam Surah Sad (38): 24 "Melainkan orang-orang
yang beriman, dan beramal salih, tetapi sedikit (bilangan) mereka" Dia berfirman
kepada Nuh di dalam Surah Hud (11): 40 " Dan tiadalah beriman bersamanya
melainkan sedikit saja." Mukminun adalah sedikit. Justru itu tidak heranlah jika di
kalangan para sahabat ada yang telah mengubah Sunnah Nabi saw., tidak meridhoi
keputusan yang dibuat oleh Nabi saw. Malah mereka menuduh beliau
melakukannya karena kepentingan diri sendiri dan bukan karena Allah (swt). AlBukhari di dalam Sahihnya, Jilid IV, hlm. 47 bab al-Sabr 'Ala al-Adha meriwayatkan
bahwa al-A'masy telah memberitahu kami bahwa dia berkata: "Aku mendengar
Syaqiq berkata: "Abdullah berkata: Suatu hari Nabi saw. telah membagikan-bagikan
sesuatu kepada para sahabatnya sebagaimana biasa dilakukannya. Tiba-tiba seorang
Ansar mengkritiknya seraya berkata: "Sesungguhnya pembagian ini bukanlah
karena Allah (swt). Akupun berkata kepadanya bahwa aku akan memberitahu Nabi
saw. mengenai kata-katanya. Akupun mendatangi beliau ketika itu beliau berada
bersama para sahabatnya. Lalu aku memberitahukan beliau apa yang berlaku. Tibatiba mukanya berubah dan menjadi marah sehingga aku menyesal
memberitahukannya. Kemudian beliau bersabda: "Musa disakiti lebih dari itu tetapi
beliau bersabar. "
Perhatikanlah bagaimana perlakuan (ma 'amilu) sahabat terhadap Nabi
saw.! Tidakkah apa yang diucapkan oleh Nabi saw. itu adalah wahyu? Tidakkah
keputusan Nabi saw. itu harus ditaati? Tetapi mereka tidak mentaatinya karena
mereka tidak mempercayai kemaksuman Nabi saw.. Al-Bukhari di dalam Sahihnya,
Jilid IV, Kitab al-Adab bab Man lam yuwajih al-Nas bi l-'Itab berkata: "Aisyah
berkata: Nabi saw. pernah melakukan sesuatu kemudian membenarkan para
sahabat untuk melakukannya. Tetapi sebagian para sahabat tidak melakukannya.
Kemudian berita ini sampai kepada Nabi saw., maka beliau memberi khutbah
memuji Allah kemudian bersabda: "Kenapa mereka menjauhi dari melakukannya
perkara yang aku melakukannnya. Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mengetahui
dari mereka tentang Allah dan lebih takut kepadaNya dari mereka."
Al-Bukhari juga di dalam Sahihnya Jilid IV, hlm. 49 bab al-Tabassum wa
al-Dhahak (senyum dan ketawa) meriwayatkan bahwa Anas bin Malik telah
memberitahukan kami bahwa dia berkata: "Aku berjalan bersama Rasulullah saw. di
waktu itu beliau memakai burdah (pakaian) Najrani yang tebal. Tiba-tiba datang
seorang Badwi lalu menarik pakaian Nabi saw. dengan kuat. " Anas berkata: "Aku
melihat kulit leher Nabi saw. menjadi lebam akibat tarikan kuat yang dilakukan
oleh Badwi tersebut. Kemudian dia (Badwi) berkata: Wahai Muhammad! Berikan
kepadaku sebagian dari harta Allah yang berada di sisi anda. Maka Nabi saw.
berpaling kepadanya dan ketawa lalu menyuruh sahabatnya supaya memberikan
kepadanya." Di kalangan mereka ada yang telah menghina Nabi saw.dan
mempersendakan Nabi saw. dengan mengatakan bahwa Nabi saw. "Sedang
meracau" di hadapan Nabi saw." Kitab Allah adalah cukup dan kami tidak perlu
kepada Sunnah Nabi saw." (al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm.
69) "Sunnah Nabi saw. mendatangkan perselisihan dan pertengkaran kepada Umat
[Al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm. 3]" " Mereka telah mengepung dan
membakar rumah anak perempuan Nabi saw.Fatimah (a.s) dan berkata: "Aku akan
membakar kalian sehingga kalian keluar untuk memberi bai'ah kepada Abu Bakar."
[Al-Tabari, Tarikh, III, hlm. 198; Abu-l-Fida," Tarikh, I, hlm. 156] merampas Fadak
daripada Fatimah (a.s) yang telah diberikan kepadanya oleh Nabi saw.
7
Semasa hidupnya (Lihat Ahmad bin Tahir al-Baghdadi, Balaghah al-Nisa',
II, hlm. 14; Umar Ridha Kahalah, A'lam al-Nisa', III, hlm. 208; Ibn Abi al-Hadid,
Syarh Nahj al-Balaghah, IV, hlm. 79, 92), menyakiti hati Fatimah, Ali, al-Hasan dan
al-Husain, karena Rasulullah saw. bersabda "Siapa menyakiti Fatimah, dia
menyakitiku, dan siapa menyakitiku, dia menyakiti Allah" "Siapa menyakiti Ali,
sesungguhnya dia menyakitiku, dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah"
"al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga" (al-Qunduzi alHanafi, Yanabi' al-Mawaddah, hlm. 129-131 dan lain-lain). Mereka telah membakar
Sunnah Nabi saw. (Ibn Sa'd, Tabaqat, V, hlm. 140), "menghalangi orang ramai dari
meriwayatkan Sunnah Nabi saw." [al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm. 7],
mengesyaki Nabi saw. sama ada berada di atas kebenaran atau kebatilan [Muslim,
Sahih, IV, hlm. 12, 14; al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111], mengubah sebagian hukum
Allah dan sunnah Nabi saw. (al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa' hlm. 136)
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa al-Musayyab berkata: Aku berjumpa alBarra' bin 'Azib (r. a), lalu aku berkata: Alangkah beruntungnya anda karena anda
telah bersahabat (Sahabta) dengan Nabi saw. dan membaiahnya di bawah pokok.
Lantas dia menjawab: Wahai anak saudaraku! Sebenarnya anda tidak mengetahui
apa yang kami lakukan (Ahdathna-hu) selepasnya (al-Bukari, Sahih, v, hlm. 343
(Hadis no. 488) Kesemua hadis-hadis tersebut adalah menepati ayat al-Inqilab
firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 144: "Muhammad itu tidak lain hanyalah
seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul apakah jika
dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang(murtad), maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada
Allah sedikitpun dan Allah akan memberi balasan kepada mereka yang bersyukur."
Dan bilangan yang sedikit saja yang "terselamat" adalah menepati firman-Nya di
dalam Surah Saba' (34): 13: "Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang
berterima kasih. "
Kesimpulan
Kekafiran sebagian besar para sahabat selepas kewafatan Nabi saw.
sebagaimana dicatat oleh al-Bukhari dan Muslim di dalam Sahih-Sahih mereka amat
menakutkan sekali. Dan itu menyalahi akidah Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah yang
menegaskan bahwa semua para sahabat adalah adil (kebal). Lantaran itu manamana Muslim sama ada dia seorang yang bergelar sahabat, tabi'i, mufti, kadi dan
kita sendiri, tidak boleh mengubah/menangguhkan/melanggar/ membatalkan manamana hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya dengan alasan Maqasidu sy-Syari'ah,
Maslahah, dan sebagainya. Karena Allah dan Rasul-Nya tidak akan meridhai
perbuatan tersebut. Firman-Nya "Tidak ada bagi lelaki mukmin dan perempuan
mukminah (hak) memilih di dalam urusan mereka apabila Allah dan Rasul-Nya
memutuskan urusan itu. Barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,
maka ianya telah sesat dengan kesesatan yang nyata" (Al-Ahzab(33): 35). FirmanNya "Tidak, demi Tuhan, mereka tidak juga beriman sehingga mereka mengangkat
engkau menjadi hakim untuk mengurus perselisihan di kalangan mereka, kemudian
mereka tiada keberatan di dalam hati mereka menerima keputusan engkau, dan
mereka menerima dengan sebenar-benarnya" (Al-Nisa' (4): 65) Firman-Nya "Barang
siapa yang tidak menghukum menurut hukum yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir" (al-Ma 'idah (5): 44) Firman-Nya "Barang siapa
yang tidak menghukum menurut hukum yang diturunkan Allah, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim" (al-Ma 'idah(5): 45) Firman-Nya "Barang siapa yang
tidak menghukum menurut hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq" (al-Ma'idah (5): 47) Dan firman-Nya "Barang siapa yang
menentang Rasul, sesudah nyata petunjuk baginya dan mengikut bukan jalan
orang-orang Mukmin, maka kami biarkan dia memimpin dan kami memasukkan
dia ke dalam nereka Jahannam. Itulah sejahat-jahat tempat kembali" (Al-Nisa
'(4);115) Semoga semua Muslimun dahulu dan sekarang, sama ada sahabat atau
tidak, akan diampun dosa mereka dan dimasukkan ke Syurga-Nya. Amin
PEMBELAJARAN: DARI WINNING KE BEING FORMULA
Oleh: Andrias Harefa **
Sometimes an ounce of perception takes
a ton of education to change.
Tom Anderson
Selama belasan tahun saya berkecimpung dalam dunia bisnis, memainkan berbagai peran mulai dari wiraniaga, penulis-pengarang, konsultan di bidang pengembangan sumber daya manusia, wirausaha mandiri, pengajar, pelatih, fasilitator pembelajaran, pembicara motivasi, dan terakhir Presiden Indonesia School of Life.
Dalam kurun waktu tersebut saya banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep winning formulas (formula-formula untuk mencapai keberhasilan) yang ditawarkan oleh, antara lain, Dale Carnegie, Frank Bettger, Norman Vincent Peale, Robert Schuler, Zig Ziglar, Denis Waitley, John Wareham, Albert Gray, Maxwell Maltz, Og Mandino, Brian Tracy, Napoleon Hill, Anthony Robbins, Stephen Covey, Colin Turner, Daniel Goleman, Robert Kiyosaki, dan entah siapa lagi. Meski tidak seluruh pandangan para tokoh yang relatif populer itu dapat saya sepakati, namun harus saya akui mereka ikut membentuk persepsi saya mengenai banyak aspek kehidupan.
“CINTA”
Para pecinta kebenaran dan pemeluk Islam hanya dapat kukuh pada musibah yang akan pasti datang kepada mereka semata-mata dengan tetap terjaganya kecintaan (mahabbah) mereka terhadap Ahlil Bait AS. Semua itu dapat dihidupkan dan dirasakannya langsung pada musim duka, seperti yaum asy-syura. Ketika cinta kepada Ahlil Bait AS merupakan timbangan (mizan) atau alamat untuk menentukan iman seseorang, dikumandangkan syiar; kullu yaumin asyura wa kullu ardhin karbala. Itu karena asyura dan karbala merupakan sarana untuk menghidupkan cinta yang sangat kuat
kepada Ahlil Bait AS. Makna mahabbah terhadap Ahlil Bait AS bagi setiap orang adalah tsawab.
Banyak hadist dari lisan suci para aimmah maksumi AS menceritakan misalnya : “Siapa mencintai ahlil Bait AS tidak akan mati kecuali malaikat menyambutnya.” Atau, “Tidak akan mati siapa yang cinta kepada ahlil bait as kecuali telah diampuni dari dosa yang dilakukannya.” Tsaurah Imam Husein, dalam pembahasan-pembahasan yang diungkap oleh paraulama-ulama kita, salah salah satunya adalah untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi
mungkar. Selain itu, ada suatu keberadaan yang merupakan zat dari Tsaurah Imam Husein AS, yakni mahabbah. Yakni wujudnya kecintaan pada pribadi suci Al-Husein AS, cinta kepada aturan syariat yang diturunkan melalui kakeknya, Rasullulah Saww.
PEDOMAN AKTIVIS REVOLUSIONER
CIRI-CIRI SEORANG REVOLUSIONER
Mengapa kita perlu merubah diri kita menjadi seorang revolusioner ?
Sebagai seorang revolusioner, kita perlu mengabdikan pikiran-pikiran, emosi dan perbuatan-perbuatan kita kepada kepentingan perjuangan demokrasi sejati di Indonesia.
Tapi masing-masing kita dan setiap orang diantara kita masih pikiran-pikiran, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan lama dari masyarakat bobrok yang ada sekarang ini. Kita tumbuh dalam masyarakat yang tindas dan dihisap oleh kapitalisme. Sampai hari ini, kita masih dipengaruhi oleh gagasan-gagasan bobrok atau parsangka- parangka borjuasi dari masyarakat kini. Karena itulah, mengapa perlu bagi setiap mereka yang revolusioner merubah dirinya sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)
Metode Ormond McGill
Di translate dari buku hypnosis stage ensiklopedia karya Ormond Mcgill Ini adalah metode personal saya dalam menghipnotis yang telah...
-
“The map is not the territory” Preposisi atau dalam bahasa indonesia bisa diartikan sebagai pola pikir adalah merupakan standar yang sangat ...
-
Pada artikel sebelumnya kita telah membahas Pengertian NLP secara Bahasa. Nha pada kesempatan kali ini saya akan membahasn Pengertian N...
-
Kamis, 31-07-2008 08:56:13 oleh: Anwariansyah Kanal: Opini ...